Pendidikan, Jalan Masuk untuk Membudayakan Cinta Lingkungan Hidup
Akhir-akhir ini Indonesia kerap kali disapa tidak sehat oleh alam, berbagai bencana terus menghujani bumi kita.Banjir, tanah longsor, kekeringan, gempa bumi, udara yang tidak lagi sehat, serta masalah lumpur lapindo yang masih belum ditemukan solusi terbaiknya.Terkadang kita sebagai masyarakat yang menumpang hidup di bumi ini bertanya, mengapa bumi tidak lagi bersahabat seperti dulu?apa maunya bumi ini? Berbagai pertanyaan seakan-akan tidak habisnya dilontarkan, terus bertanya sampai bumi ini memberikan jawaban. Yang padahal, berbagai bencana yang kerap muncul akhir-akhir ini merupakan bentuk jawaban dari bumi, begitulah sebenarnya bumi mengabarkan beritanya, begitulah carabumi memberikan protesnya. Sebagai insan yang berfikir, seharusnya kita sadar dan mengerti keadaan bumi yang sudah sangat kewalahan karena ulah kita.
Bumi dengan segala limpah ruah hasilnya, berbagai flora, fauna, hasil bumi baik dari olah pertaniannya, maupun dibidang pertambangan, titipan yang luar biasa adanya.Ini yang patut kita syukuri dan hargai keberadaannya.Karena sesungguhnya Allah menciptakan alam semesta (bumi) dengan segala isinya adalah untuk kepentingan kita sebagai umat_Nya. Dan kita diamanati untuk melakukan usaha-usaha agar alam semesta (bumi) tetap lestari, sehingga kita dapat terus mengambil manfaat, menggali dan mengolahnya untuk kesejahteraan hidup kita. Sedangkan kita, dengan ketamakan terus memanfaatkan seenak perutnya.
Provinsi Kepulauan Bangka Belitung merupakan salah satu Provinsi yang sering kali dijadikan sebagai tujuan mutlak bagi para perantau yang ingin cepat mencicipi kesenangan hidup.Sebagain besar penduduknya adalah bukan penduduk asli.Para perantau ini berani mengadu nasib dengan modal baju dibadan saja ketika pertama kali menginjakkan kakinya di Pulau Bangka Belitung.Dan itu semua karena Pulau Bangka Belitung menawarkan suatu hasil bumi yang menggiurkan.Para perantau disini sebagian besar mengambil hasil dari menggali dan mengolah timah dan sebagian kecilnya mengambil hasil dari usaha perdagangan.
Melihat begitu banyaknya mayoritas penduduk yang bermatapencaharian sebagai buruh TI (Tambang Inkonvesional) menyebabkan Pulau Bangka Belitung begitu porak-poranda.Universitas Institut Teknologi Bandung (ITB) dalam surveinya mengatakan bahwa Pulau Bangka Belitung merupakan pulau yang memiliki tingkat keparahan kondisi alam yang begitu mengkhawatirkan.
Dengan embel-embel atas nama pembangunan, penggusuran lahan dan pembabatan hutan terus berlangsung. Sementara itu, hukum pun makin tak berdaya menghadapi para “bromocorah” lingkungan hidup yang nyata-nyata telah menyengsarakan jutaan umat manusia. Para investor yang nyata-nyata telah membutakan mata dan tidak menghargai kearifan lokal masyarakat setempat justru dianggap sebagai “pahlawan” lantaran telah mampu mendongkrak devisa negara dalam upaya mengejar pertumbuhan ekonomi dan daya saing bangsa.
Ini yang patut disorot dan diberikan tanggapan lebih oleh pemerintah, bukan hanya masalah-masalah yang ada di kursi poltik Indonesia saja.Pemerintah mempunyai kewajiban untuk mencegah kerusakan lingkungan dan meningkatkan kualitas hidup serta memberikan tindakan tegas terhadap pelanggar yang menyebabkan rusaknya lingkungan. Melalui hal ini diharapkan akan tercipta suatu masyarakat yang sadar hukum dan menyadari pentingnya lingkungan untuk orang banyak, baik untuk generasi sekarang maupun generasi mendatang. Kegiatan pembangunan yang makin meningkat mengandung resiko pencemaran dan pengrusakan lingkungan hidup sehingga struktur dan fungsi dasar ekosistem yang menjadi penunjang kehidupan rusak.
Pemerintah Kepulauan Bangka Belitung seakan disadarkan dari sifat masa bodoh dengan lingkungan sekitar oleh pernyataan survei tersebut.Pemerintah Provinsi Kepulauan Bangka Belitung terus melakukan evaluasi dan alternatif terbaik untuk mengatasi dan memulihkan kembali keadaan alam yang semakin begitu mengkhawatirkan ini. Berbagai usaha seperti penghijauan, penjernihan sungai-sungai tercemar, penanaman seribu pohon terus dianjurkan oleh pemerintah kota, sampai alternatif pengadaan lomba yang bertemakan lingkungan hidup pun dilakukan, sebagai salah satu upaya pemerintah untuk menumbuhkan minat masyarakat yang sadar dan peduli lingkungan sekitar. Melihat ini, kita patut memberikan standing applause terhadap usaha dan ajakan yang ada. Ini yang patut kita dukung dan sambut dengan kerja sama usaha bersama.
Yang tidak kalah penting, harus ada upaya serius untuk membudayakan cinta lingkungan hidup melalui dunia pendidikan. Institusi pendidikan, harus menjadi benteng yang tangguh untuk menginternalisasi dan menanamkan nilai-nilai budaya cinta lingkungan hidup kepada anak-anak bangsa yang kini tengah gencar menuntut ilmu. Nilai-nilai kearifan lokal masyarakat setempat perlu terus digali dan dikembangkan secara kontekstual untuk selanjutnya disemaikan ke dalam dunia pendidikan melalui proses pembelajaran yang aktif, inovatif, kreatif, efektif, dan menyenangkan. Pola dan gaya penyajiannya pun tidak bercorak teoretis dan dogmatis seperti orang berkhotbah, tetapi harus lebih interaktif dan dialogis dengan mengajak siswa didik untuk berdiskusi dan bercurah pikir melalui topik-topik lingkungan hidup yang menarik dan menantang.
Lingkungan hidup yang disemaikan melalui dunia pendidikan tidak harus menjadi mata pelajaran tersendiri, tetapi disajikan lintas mata pelajaran melalui pokok-pokok bahasan yang relevan. Dengan kata lain, lingkungan hidup tidak cukup hanya menjadi tanggung jawab guru Geografi atau IPA saja, misalnya, tetapi harus menjadi tanggung jawab semua guru mata pelajaran.
Mengapa budaya cinta lingkungan hidup ini penting dikembangkan melalui dunia pendidikan?Ya, karena jutaan anak bangsa kini tengah gencar menuntut ilmu di bangku pendidikan. Merekalah yang kelak akan menjadi penentu kebijakan mengenai penanganan dan pengelolaan lingkungan hidup yang baik. Menanamkan nilai-nilai budaya cinta lingkungan hidup kepada anak-anak bangsa melalui bangku pendidikan sama saja menyelamatkan lingkungan hidup dari kerusakan yang makin parah. Dan itu harus dimulai sekarang juga. Depdiknas yang memiliki wewenang untuk menentukan kebijakan harus secepatnya “menjemput bola” agar dunia pendidikan kita mampu melahirkan generasi masa depan yang sadar lingkungan dan memiliki kepekaan terhadap persoalan yang dihadapi masyarakat dan bangsanya.
.
Bumi dengan segala limpah ruah hasilnya, berbagai flora, fauna, hasil bumi baik dari olah pertaniannya, maupun dibidang pertambangan, titipan yang luar biasa adanya.Ini yang patut kita syukuri dan hargai keberadaannya.Karena sesungguhnya Allah menciptakan alam semesta (bumi) dengan segala isinya adalah untuk kepentingan kita sebagai umat_Nya. Dan kita diamanati untuk melakukan usaha-usaha agar alam semesta (bumi) tetap lestari, sehingga kita dapat terus mengambil manfaat, menggali dan mengolahnya untuk kesejahteraan hidup kita. Sedangkan kita, dengan ketamakan terus memanfaatkan seenak perutnya.
Provinsi Kepulauan Bangka Belitung merupakan salah satu Provinsi yang sering kali dijadikan sebagai tujuan mutlak bagi para perantau yang ingin cepat mencicipi kesenangan hidup.Sebagain besar penduduknya adalah bukan penduduk asli.Para perantau ini berani mengadu nasib dengan modal baju dibadan saja ketika pertama kali menginjakkan kakinya di Pulau Bangka Belitung.Dan itu semua karena Pulau Bangka Belitung menawarkan suatu hasil bumi yang menggiurkan.Para perantau disini sebagian besar mengambil hasil dari menggali dan mengolah timah dan sebagian kecilnya mengambil hasil dari usaha perdagangan.
Melihat begitu banyaknya mayoritas penduduk yang bermatapencaharian sebagai buruh TI (Tambang Inkonvesional) menyebabkan Pulau Bangka Belitung begitu porak-poranda.Universitas Institut Teknologi Bandung (ITB) dalam surveinya mengatakan bahwa Pulau Bangka Belitung merupakan pulau yang memiliki tingkat keparahan kondisi alam yang begitu mengkhawatirkan.
Dengan embel-embel atas nama pembangunan, penggusuran lahan dan pembabatan hutan terus berlangsung. Sementara itu, hukum pun makin tak berdaya menghadapi para “bromocorah” lingkungan hidup yang nyata-nyata telah menyengsarakan jutaan umat manusia. Para investor yang nyata-nyata telah membutakan mata dan tidak menghargai kearifan lokal masyarakat setempat justru dianggap sebagai “pahlawan” lantaran telah mampu mendongkrak devisa negara dalam upaya mengejar pertumbuhan ekonomi dan daya saing bangsa.
Ini yang patut disorot dan diberikan tanggapan lebih oleh pemerintah, bukan hanya masalah-masalah yang ada di kursi poltik Indonesia saja.Pemerintah mempunyai kewajiban untuk mencegah kerusakan lingkungan dan meningkatkan kualitas hidup serta memberikan tindakan tegas terhadap pelanggar yang menyebabkan rusaknya lingkungan. Melalui hal ini diharapkan akan tercipta suatu masyarakat yang sadar hukum dan menyadari pentingnya lingkungan untuk orang banyak, baik untuk generasi sekarang maupun generasi mendatang. Kegiatan pembangunan yang makin meningkat mengandung resiko pencemaran dan pengrusakan lingkungan hidup sehingga struktur dan fungsi dasar ekosistem yang menjadi penunjang kehidupan rusak.
Pemerintah Kepulauan Bangka Belitung seakan disadarkan dari sifat masa bodoh dengan lingkungan sekitar oleh pernyataan survei tersebut.Pemerintah Provinsi Kepulauan Bangka Belitung terus melakukan evaluasi dan alternatif terbaik untuk mengatasi dan memulihkan kembali keadaan alam yang semakin begitu mengkhawatirkan ini. Berbagai usaha seperti penghijauan, penjernihan sungai-sungai tercemar, penanaman seribu pohon terus dianjurkan oleh pemerintah kota, sampai alternatif pengadaan lomba yang bertemakan lingkungan hidup pun dilakukan, sebagai salah satu upaya pemerintah untuk menumbuhkan minat masyarakat yang sadar dan peduli lingkungan sekitar. Melihat ini, kita patut memberikan standing applause terhadap usaha dan ajakan yang ada. Ini yang patut kita dukung dan sambut dengan kerja sama usaha bersama.
Yang tidak kalah penting, harus ada upaya serius untuk membudayakan cinta lingkungan hidup melalui dunia pendidikan. Institusi pendidikan, harus menjadi benteng yang tangguh untuk menginternalisasi dan menanamkan nilai-nilai budaya cinta lingkungan hidup kepada anak-anak bangsa yang kini tengah gencar menuntut ilmu. Nilai-nilai kearifan lokal masyarakat setempat perlu terus digali dan dikembangkan secara kontekstual untuk selanjutnya disemaikan ke dalam dunia pendidikan melalui proses pembelajaran yang aktif, inovatif, kreatif, efektif, dan menyenangkan. Pola dan gaya penyajiannya pun tidak bercorak teoretis dan dogmatis seperti orang berkhotbah, tetapi harus lebih interaktif dan dialogis dengan mengajak siswa didik untuk berdiskusi dan bercurah pikir melalui topik-topik lingkungan hidup yang menarik dan menantang.
Lingkungan hidup yang disemaikan melalui dunia pendidikan tidak harus menjadi mata pelajaran tersendiri, tetapi disajikan lintas mata pelajaran melalui pokok-pokok bahasan yang relevan. Dengan kata lain, lingkungan hidup tidak cukup hanya menjadi tanggung jawab guru Geografi atau IPA saja, misalnya, tetapi harus menjadi tanggung jawab semua guru mata pelajaran.
Mengapa budaya cinta lingkungan hidup ini penting dikembangkan melalui dunia pendidikan?Ya, karena jutaan anak bangsa kini tengah gencar menuntut ilmu di bangku pendidikan. Merekalah yang kelak akan menjadi penentu kebijakan mengenai penanganan dan pengelolaan lingkungan hidup yang baik. Menanamkan nilai-nilai budaya cinta lingkungan hidup kepada anak-anak bangsa melalui bangku pendidikan sama saja menyelamatkan lingkungan hidup dari kerusakan yang makin parah. Dan itu harus dimulai sekarang juga. Depdiknas yang memiliki wewenang untuk menentukan kebijakan harus secepatnya “menjemput bola” agar dunia pendidikan kita mampu melahirkan generasi masa depan yang sadar lingkungan dan memiliki kepekaan terhadap persoalan yang dihadapi masyarakat dan bangsanya.
.