Kembali kehilangan jati diri
Selamat sore….. (baca sesuai waktu daerah anda)
Laporan Cuaca hari ini yang sedikit hiperbola,
Lapor, hari ini hari Minggu Jendral, kembar identik dengan hari weekend untuk liburan, menghilangkan penat rutinitas yang terus berbentuk lingkaran.
Tapi bagi saya, hari Minggu adalah hari yang full job. *Kerja... Kerja... Ayo Kita Kerja… (backsound: lagu wajib sebelum merenov dalam acara “Bedah Rumah”).
bangun tidur GO sholat shubuh GO menghadap televisi, langsung digaplok dengan berita Justin Bieber dengan konsernya yang katanya LUARBIASA, ckckck GO breakfast dengan menu hebat buatan sang mamak tercinta “ketan tumis”GO bersih-bersih rumah (nyapu, ngepel, nyuci piring)GO mandi pagi, prepare untuk shooting video pembelajaran Penjaskes dengan lokasi shooting lap. Basket SMANSA Pangkalpinang tercinta GO menuju lokasi shooting melewati jembatan 12 yang dibawahnya mengalir sungai rangkui. Dan saya kaget Jendral, Sungai Rangkui kembali dicabuli, Jendral *berpikir GO Shooting selesai dan end out dengan kepanasan Jendral GO balik ke rumah, pendinginan sambil kipas-kipas didepan televisi, lagi-lagi tentang Justin Bieber Jendral, tunggu saja Briptu Norman sembuh, berita tentang Justin Bieber mah lewat GO terdengar teriakan “Tika, cuci baju!” , oalah nyuci dah saya, dibantu dengan sang adik GO Lapar Jendral, makan bakso GO lanjut buat tugas sekolah, bergulat dengan rumus sulit by Ms-Excel (backsound: nothing on you – Bruno Mars) GO capek, ngantuk dan Tiduuurrr Siaaang…..
Laporan selesai Jendral,
Nah, ini dia inti cerita dalam cerita. Yang diatas hanya sekedar pengantar saja Jendral. Hehe
Terakhir pada tidur siang.
Entah apa yang membangunkan saya, saya merasa benar-benar berada di atas ketek air dibawah Sungai Musi, Palembang. (backsound: teketekketekketekketek). Terbangun dengan perasaan takut tejatuh ke Sungai Musi *saya takut karena saya tak pandai berenang Jendral. Saya heran dengan fenomena *jiaah fenomena kecil ini Jendral. Mencari-cari maksud, terdengar suara mesin samar-samar dari kejauhan (backsound: teketekketekketekketek), suara mesin para penambang timah Inkonvesional di Sungai Rangkui saya tercinta. Saya terbangun tanpa perenggangan terlebih dahulu, spontan berdiri, terengah-engah bak abis dikejar anjing.
Jendral kenal sungai Rangkui? Sungai Rangkui adalah sungai yang membelah *lagi-lagi, ceileh membelah jantung Ibukota Bangka Belitung Jendral, Jendral tahu Ibukota Bangka Belitung? Kota Pangkalpinang Jendral.
Dia kembali di cabuli Jendral, saya sedih melihatnya.
Terakhir tentang Sungai Rangkui, dia begitu jernih Jendral. Sekitar tahun 1999 (sebut saja tahunnya begitu), saya masih bisa mandi di sungai itu, gosok gigi pun bisa. Setelah tahun 1999 (cari aman, saya lupa tahunnya Jendral), dia dicabuli untuk pertama kalinya dalam hidup saya, tersangka Penambang Timah Inkonvesional itu merasa seperti tidak terjadi apa-apa, lagi-lagi bertajuk permasalahan ekonomi.
Sungai Rangkui kehilangan jati diri, ekosistem airnya terganggu, airnya tak lagi jernih, sekarang berwarna cokelat bagai kopi susu, ditambah bau camuinya yang menyeruak tak sedap dihidung. Saya geram Jendral.
Dan entah tahun berapa, dia kembali dipulihkan. Sedikit demi sedikit mulai kembali menemukan jati dirinya yang dulu kandas. Berkaca pada penelitian-penelitian tentang Bangka Belitung yang riwayatnya sedikit dikhawatikan para peneliti, seolah-olah para pemerintah kota Pangkalpinang (khususnya) ditampar pedas dengan survey-suvey para peneliti yang diikuti dengan pernyataan tentang ajal Pulau ini yang berada bak diujung tanduk. Come on! Wake up!
Konservasi terus dilakukan, dari berbagai media ikut berkecimpung mendukung program baru pemerintah daerah. Mulai dari penanaman seribu pohon, penurunan Ph pada sungai-sungai tercemar, de el el sampai ke mencari inovasi melalui karya tulis yang diharapkan melahirkan ide-ide besar dari para pemuda Bangka Belitung.
Tapi kali ini, pipa-pipa putih itu kembali terlihat Jendral, derum mesin mengiringi para penambang mengais timah. Saya geram Jendral.
Mana janji pemerintah yang ingin menyulap sungai rangkui sebagai objek wisata layak Ancol Jakarta, janji manis yang berbau.
Apakah pemulihan-pemulihan yang pernah dilakukan itu hanya sebagai bentuk break time untuk Sungai Rangkui saja?
Zulkarnain Karim Jendral, anda kenal beliau satu ini? Walikota Pangkalpinang ini hanya manggut-manggut saja ketika diwawancarai perihal pertambangan timah di Bangka Belitung khususnya Kota Pangkalpinang. Melalui pernyataannya yang saya baca di tajuk majalah personal perpusatakaan, beliau hanya bisa berpendapat bahwa (kurang dan lebih yang saya tangkap begini) timah merupakan jantung kehidupan masyarakat Bangka punya, jadi jangan paksa masyarakat Bangka untuk berhenti dalam melakukan Tambang Inkonvesional. Bisa lakukan apa kalau kenyataannya sudah begitu.
Ini pemikiran yang terlalu pendek Jendral.
Saya geram Jendral, saya kesal….
Laporan Cuaca hari ini yang sedikit hiperbola,
Lapor, hari ini hari Minggu Jendral, kembar identik dengan hari weekend untuk liburan, menghilangkan penat rutinitas yang terus berbentuk lingkaran.
Tapi bagi saya, hari Minggu adalah hari yang full job. *Kerja... Kerja... Ayo Kita Kerja… (backsound: lagu wajib sebelum merenov dalam acara “Bedah Rumah”).
bangun tidur GO sholat shubuh GO menghadap televisi, langsung digaplok dengan berita Justin Bieber dengan konsernya yang katanya LUARBIASA, ckckck GO breakfast dengan menu hebat buatan sang mamak tercinta “ketan tumis”GO bersih-bersih rumah (nyapu, ngepel, nyuci piring)GO mandi pagi, prepare untuk shooting video pembelajaran Penjaskes dengan lokasi shooting lap. Basket SMANSA Pangkalpinang tercinta GO menuju lokasi shooting melewati jembatan 12 yang dibawahnya mengalir sungai rangkui. Dan saya kaget Jendral, Sungai Rangkui kembali dicabuli, Jendral *berpikir GO Shooting selesai dan end out dengan kepanasan Jendral GO balik ke rumah, pendinginan sambil kipas-kipas didepan televisi, lagi-lagi tentang Justin Bieber Jendral, tunggu saja Briptu Norman sembuh, berita tentang Justin Bieber mah lewat GO terdengar teriakan “Tika, cuci baju!” , oalah nyuci dah saya, dibantu dengan sang adik GO Lapar Jendral, makan bakso GO lanjut buat tugas sekolah, bergulat dengan rumus sulit by Ms-Excel (backsound: nothing on you – Bruno Mars) GO capek, ngantuk dan Tiduuurrr Siaaang…..
Laporan selesai Jendral,
Nah, ini dia inti cerita dalam cerita. Yang diatas hanya sekedar pengantar saja Jendral. Hehe
Terakhir pada tidur siang.
Entah apa yang membangunkan saya, saya merasa benar-benar berada di atas ketek air dibawah Sungai Musi, Palembang. (backsound: teketekketekketekketek). Terbangun dengan perasaan takut tejatuh ke Sungai Musi *saya takut karena saya tak pandai berenang Jendral. Saya heran dengan fenomena *jiaah fenomena kecil ini Jendral. Mencari-cari maksud, terdengar suara mesin samar-samar dari kejauhan (backsound: teketekketekketekketek), suara mesin para penambang timah Inkonvesional di Sungai Rangkui saya tercinta. Saya terbangun tanpa perenggangan terlebih dahulu, spontan berdiri, terengah-engah bak abis dikejar anjing.
Jendral kenal sungai Rangkui? Sungai Rangkui adalah sungai yang membelah *lagi-lagi, ceileh membelah jantung Ibukota Bangka Belitung Jendral, Jendral tahu Ibukota Bangka Belitung? Kota Pangkalpinang Jendral.
Dia kembali di cabuli Jendral, saya sedih melihatnya.
Terakhir tentang Sungai Rangkui, dia begitu jernih Jendral. Sekitar tahun 1999 (sebut saja tahunnya begitu), saya masih bisa mandi di sungai itu, gosok gigi pun bisa. Setelah tahun 1999 (cari aman, saya lupa tahunnya Jendral), dia dicabuli untuk pertama kalinya dalam hidup saya, tersangka Penambang Timah Inkonvesional itu merasa seperti tidak terjadi apa-apa, lagi-lagi bertajuk permasalahan ekonomi.
Sungai Rangkui kehilangan jati diri, ekosistem airnya terganggu, airnya tak lagi jernih, sekarang berwarna cokelat bagai kopi susu, ditambah bau camuinya yang menyeruak tak sedap dihidung. Saya geram Jendral.
Dan entah tahun berapa, dia kembali dipulihkan. Sedikit demi sedikit mulai kembali menemukan jati dirinya yang dulu kandas. Berkaca pada penelitian-penelitian tentang Bangka Belitung yang riwayatnya sedikit dikhawatikan para peneliti, seolah-olah para pemerintah kota Pangkalpinang (khususnya) ditampar pedas dengan survey-suvey para peneliti yang diikuti dengan pernyataan tentang ajal Pulau ini yang berada bak diujung tanduk. Come on! Wake up!
Konservasi terus dilakukan, dari berbagai media ikut berkecimpung mendukung program baru pemerintah daerah. Mulai dari penanaman seribu pohon, penurunan Ph pada sungai-sungai tercemar, de el el sampai ke mencari inovasi melalui karya tulis yang diharapkan melahirkan ide-ide besar dari para pemuda Bangka Belitung.
Tapi kali ini, pipa-pipa putih itu kembali terlihat Jendral, derum mesin mengiringi para penambang mengais timah. Saya geram Jendral.
Mana janji pemerintah yang ingin menyulap sungai rangkui sebagai objek wisata layak Ancol Jakarta, janji manis yang berbau.
Apakah pemulihan-pemulihan yang pernah dilakukan itu hanya sebagai bentuk break time untuk Sungai Rangkui saja?
Zulkarnain Karim Jendral, anda kenal beliau satu ini? Walikota Pangkalpinang ini hanya manggut-manggut saja ketika diwawancarai perihal pertambangan timah di Bangka Belitung khususnya Kota Pangkalpinang. Melalui pernyataannya yang saya baca di tajuk majalah personal perpusatakaan, beliau hanya bisa berpendapat bahwa (kurang dan lebih yang saya tangkap begini) timah merupakan jantung kehidupan masyarakat Bangka punya, jadi jangan paksa masyarakat Bangka untuk berhenti dalam melakukan Tambang Inkonvesional. Bisa lakukan apa kalau kenyataannya sudah begitu.
Ini pemikiran yang terlalu pendek Jendral.
Saya geram Jendral, saya kesal….